Kekuatan Doa




"Katakanlah: "Ya Tuhanku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka, ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zalim." Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka.
(QS Al Mukminun: 93-95)

Ramadhan itu, Rasullah keluar dari Madinah bersama 314 sahabat dengan membawa 70 ekor unta. Setiap ekor unta ditunggangi secara bergantian oleh 2 atau 3 orang. Awalnya, tidak mereka sangka akan berperang dan kaum kafir Quraisy akan mengirimkan bala tentara besar.
Begitulah, sekitar seribu personil dengan tunggangan dan persenjataan lengkap pergi dari Mekkah. Rasulullah, setelah meminta pandangan para sahabatnya, memutuskan bergerak menyonsong tentara kafir itu.
Di Badar, kedua pasukan itu bertemu. Sebelum peperangan terjadi, usai meluruskan dan menata barisan pasukan Muslimin, Rasulullah tak henti-hentinya memohon kemenangan kepada Allah. Sepanjang malam Rasulullah tetap berdiri, berdoa dengan khusyu’ (istigasah), merendah diri, seraya menengadahkan tangannya ke langit. ”Ya Allah, penuhilah bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku, sesungguhnya aku mengingatkan-Mu akan sumpah dan janjimu. Ya Allah jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu engkau tidak akan di sembah lagi, Ya Allah, kecuali memang Engkau berkehendak untuk tidak disembah untuk selamanya setelah hari ini.”


Begitu mendalamnya doa yang Rasulullah sampaikan, hingga tanpa disadari selendang beliau jatuh dari pundak. Abu Bakar yang melihat hal tersebut merasa iba, dan berusaha menenangkan hati Rasulullah dengan berkata kepadanya, ”Ya Rasulullah demi diriku yang di tangan-Nya, cukuplah bagi engkau untuk terus menerus berdoa. Sesungguhnya Allah pasti akan menunaikan janji-Nya yang telah diberikan kepadamu.”
Langit Badar yang memerah, menjadi saksi mujarabnya do’a Rasulullah dan kaum mukminin. Kemenangan besar diperoleh kaum mukminin. Dari pihak kaum musyrikin terbunuh 70 orang dan tertawan 70 orang. Di pihak kaum Muslimin, 14 orang menjadi syahid.
Mengapa Rasulullah sampai merendahkan diri sedemikian rupa di hadapan Allah, padahal beliau telah yakin akan mendapat pertolongan-Nya? Syaikh Ramadhan Al Buthi menjelaskan ibrah dari perang Badar—khususnya tentang doa itu—kepada kita. Menurutnya, keyakinan dan keimanan Nabi terhadap kemenangan hanyalah merupakan pembenarannya kepada janji yang telah diberikan Allah kepada Rasul-Nya. Kekhusyuan dalam berdoa itu sudah menjadi tugas ’ubudiah (pengabdian, penghambaan) yang menjadi tujuan penciptaan manusia.
Kemenangan pasukan Muslim itu, menurut Al Buthi, tiada lain—betapapun didukung oleh sarana dan perjuangan yang baik—hanyalah berasal dari Allah swt. dan dengan persetujuannya. Allah swt tidak mengizinkan kita kecuali untuk menjadi hamba-Nya baik secara tabi’i atau ikhtiari (terpaksa atau tidak). Tidak ada sesuatu yang lebih besar untuk mendekatkan diri kepada Allah swt kecuali sikap ’ubudiah kepada-Nya. Tidak ada perantara yang lebih diterima oleh Allah swt selain perendah-dirian sedemikian rupa melalui ’ubudiah di hadapan Allah swt. (Sirah Nabawiyah, Said Ramadhan Al Buthi).

Tradisi Doa
Allah-lah pemberi kuasa segala kebaikan dan keburukan itu. Segala bentuk musibah dan bencana yang menimpa manusia dalam kehidupan ini tiada lain hanyalah peringatan yang selayaknya menyadarkannya terhadap kewajiban penghambaan dan pengabdian kita kepada Allah. Agar mengingatkan kepada keagungan dan kekuasaan Allah Yang Maha Besar. Agar manusia lari menuju Allah dan menyatakan segala kelemahannya, serta memohon perlindungan kepada-Nya dari segala fitnah dan cobaan.
Penghambaan dan berserah diri yang tercermin dalam kekhusyuan doa Rasulullah di atas., merupakan ”harga” yang harus dibayar untuk mendapatkan dukungan Ilahi. Secara gamblang, hal ini dinyatakan Allah dalam Al Qur’an.
”(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." (QS Al Anfaal: 9).
Kita patut menghubungkan kisah dan ibrah dari sejarah Rasululllah di atas dengan kondisi kita saat ini. Berdo’a, memohon pertolongan kepada Allah dengan segala kerendahan dan kepasrahan, agar kemudian dihindarkan dari musibah dan bencana, mungkin menjadi sesuatu yang langka saat ini. Ya. Berdo’a bisa jadi telah menjadi ritual yang kering dari pemaknaan berserah diri secara total kepada Allah. Banyak yang memahami doa hanya sekadar formalitas dalam moment-moment tertentu, seperti acara kelahiran, kematian, peringatan hari besar, dan yang lainnya.
Ya. Kita patut bercermin. Bisa jadi masih banyak di antara kita yang menyangsikan kekuatan doa sebagai jalan penyelesaian. Logika ilmiah, hitungan matematis, seringkali lebih mendominasi dan menafikan kekuasaan Allah. Padahal, Allah telah menetapkan doa sebagai bentuk ikhtiar.
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS Al Mukmin: 60).
Setiap doa itu pasti berbuah. Tidak ada doa yang akan diabaikan Allah. Rasulullah menjelaskan kabar gembira ini untuk kita. ”Sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Pemurah. Allah malu jika ada seseorang yang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya tapi kemudian menolaknya dengan tangan hampa.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Begitu pentingnya doa, Amru Khalid memberi contoh yang ekstrim tentang bagaimana doa itu mempunyai efek yang luarbiasa. Ia menukilkan dari Sufyan bin Uyainah yang mengatakan, ”Jangan takut bila Allah tidak akan mengabulkan doamu karena Dia mengetahui kejelekan yang ada padamu, sebab Dia mengabulkan doa dari makhluk-Nya yang paling jelek, yaitu iblis terlaknat, ketika Iblis berkata, ”Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan/kiamat (QS Al A’raaf: 14). Allah-pun mengabulkan permintaan Iblis ini dan berfirman, ”Sesungguhnya kamu termasuk yang diberi tangguh .”QS Al A’raaf: 15).”
Bila permohonan Iblis saja dikabulkan Allah, tandas Amru Khalid, tidakkah Dia akan mengabulkan permohonan kita? (Ibadatul Mu’min).
Hari ini, berbagai bencana tetap saja datang silih berganti di negeri ini. Kita seperti tak mampu lagi menyelesaikannya. Teknologi modern terkadang juga hanya malah menghasilkan kekhawatiran ketika hanya mampu menghasilkan penilaian tentang kemungkinan bencana berikutnya—seperti berbagai prediksi gempa di Lampung itu. Menghadirkan rasa rendah diri untuk bermohon sungguh-sungguh kepada Allah demikian penting adanya. Ya. Tetap ada jalan penyelesaian. Masih ada cara yang mungkin kita abaikan. Yaitu dengan berdoa kepada Allah Sang Pemilik Alam Semesta, yang tidak pernah membiarkan hamba-Nya kembali dengan tangan hampa . ***

1 komentar:

backsterejaborie mengatakan...

Harrah's Atlantic City Casino & Hotel - JT Hub
JT Hub is a global 속초 출장마사지 leader in 보령 출장마사지 hotel technology, and now Harrah's Atlantic City is located 춘천 출장샵 in Atlantic 하남 출장마사지 City, NJ. The 하남 출장마사지 brand's most recent innovation